Kartuagoda.Org Situs Taruhan Dengan Rating Kemenangan Tertinggi Se-Asia| Untuk LOGIN SITE Di HandPhone menggunakan Link : Kartuagoda.Org / Ratuagoda.com

Header Ads

BANDARQ Domino99 AGEN BANDARQ AGEN TOGEL TERPERCAYA

Sedih, 4 Ibu dan 53 Bayi di Sragen Meninggal Tahun Ini

Sedih, 4 Ibu dan 53 Bayi di Sragen Meninggal Tahun Ini

Sedih, 4 Ibu dan 53 Bayi di Sragen Meninggal Tahun Ini



Usaha mengurangi angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih menjadi kegiatan rumah yang lumayan berat untuk Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen.

Selama semester I atau enam bulan kesatu 2019, terdaftar ada empat ibu dan 53 bayi di Sragen meninggal dunia. Kepala DKK Sragen, dr. Hargiyanto, menuliskan data angka kematian ibu dan bayi itu dihimpun pada akhir Juni 2019.

DKK berharap, angka kematian ibu dan bayi itu dapat ditekan sepanjang 2019 ini. Pada 2017 lalu, angka kematian ibu dan bayi di Sragen menjangkau 11:113. Pada 2018, angka kematian ibu dan bayi naik dengan komparasi 15:146.

“Pada 2019 ini, angka kematian ibu dan bayi kami targetkan turun dengan komparasi 10:100,” ujar Hargiyanto belum lama ini.

Penanggulangan kematian ibu dan bayi serta pengurangan angka stunting pada anak balita di bawah dua tahun, kata Hargiyanto, adalahprogram prioritas dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Dalam urusan ini, DKK Sragen menyuruh semua pemangku kepentingan di bidang kesehatan guna turut serta mengatasi kematian ibu dan bayi serta pengurangan angka stunting pada anak di bawah umur dua tahun di Sragen.

Sebanyak 25,2 persen dari populasi anak umur di bawah dua tahun di Sragen merasakan stunting atau masalah tidak cukup gizi kronis semenjak dalam kandungan sampai setelah dilahirkan.

Hargiyanto berharap tidak sedikit kepada pertolongan 7.975 kader kesehatan posyandu di 12 kelurahan dan 196 desa di 20 kecamatan distrik Sragen. Meski diberi insentif yang tidak seberapa dari Pemkab Sragen, eksistensi 7.975 kader posyandu tersebut diinginkan mampu berperan mengurangi angka kematian ibu dan bayi serta angka anak penderita stunting di Sragen.

“Sebenarnya kami telah memperhitungkan duit yang tidak tidak banyak yakni Rp 2 miliar guna insentif kader kesehatan ini. Karena jumlahnya cukup tidak sedikit yakni 7.975 orang, setiap kader kesehatan melulu dapat Rp 20.000/bulan. Untuk mendongkrak insentif mereka Rp 5.000/orang saja perlu dana nyaris Rp 500 juta. Itu sebabnya kami belum dapat menaikkan insentif guna tenaga kesehatan ini,” cerah Hargiyanto.

Sementara itu, Direktur RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, dr. Didik Haryanto, mengatakan, ada tidak sedikit faktor penyebab masih tingginya angka kematian ibu dan bayi di Sragen. Salah satu hal itu ialah keterlambatan kedatangan pasien ibu hamil dengan risiko tinggi (risti) ke lokasi tinggal sakit.

Beberapa ibu yang masuk kelompok risti antara beda hamil anak kesatu di umur di atas 35 tahun, hamil terlampau muda, terlalu tidak jarang hamil, punya penyakit bawaan laksana jantung dan lain-lain.


Berdasarkan keterangan dari dr. Didik, satu dari empat ibu yang meninggal dunia di Sragen itu hamil ketika usianya menjangkau 37 tahun.

“Janinnya telah meninggal dunia di dalam kandungan, kemudian ibunya menyusul kemudian. Di kalangan masyarakat ketika ini pun masih terdapat anggapan tidak sedikit anak tidak sedikit rezeki. Padahal, terlalu tidak jarang melahirkan tersebut masuk kelompok risti,” papar dr. Didik.

No comments

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Powered by Blogger.