Mengenang Peran Besar Arswendo Atmowiloto dalam Dunia Komik Indonesia
Mengenang Peran Besar Arswendo Atmowiloto dalam Dunia Komik Indonesia
Mengenang Peran Besar Arswendo Atmowiloto dalam Dunia Komik Indonesia
Mengenang Peran Besar Arswendo Atmowiloto dalam Dunia Komik Indonesia.
Siapa yang tidak suka komik? bacaan bergambar ini tidak sedikit digemari semua kaula muda, terutama pecinta karakter superhero baik dalam dan luar negeri. http://68.183.234.248/sultan99/
Tapi tahu nggak sih? andai komik pernah jadi musuh, di anggap buruk dan sebelah mata karena dirasakan menurunkan minat menyimak untuk belajar menimba ilmu yang terdapat dalam kitab tekstual.
Tahu pun nggak sih? Kalau wartawan senior almarhum Arswendo Atmowiloto punya peran besar sebelum komik digemari di dalam negeri.
Pamor komik sekarang semakin mendunia. Beberapa komik lokal laksana Tahilalats, telah terbit di luar negeri, komik laksana Si Juki sampai superhero Indonesia Gundala bahkan diusung dalam layar kaca.
Diungkap dalam suatu diskusi 'Festival Cergam 2019 Komik Itu Baik', terkuak andai tanpa 5 tulisan bertajuk 'Komik Itu Baik' di halaman Harian Kompas pada 10 sampai 15 Agustus 1979 dan tulisan tersebut berlanjut sampai 1981, komik barangkali akan tetap di anggap buruk.
Tapi melewati tulisannya Arswendo dapat secara efektif mengenalkan dan membuka pandanhan tidak sedikit orang alangkah komik kaya khasanah Indonesia. Pada saat tersebut komik masih dinamakan cergam.
Penulis, sutradara, sekaligus produser film Salman Aristo sebagai saksi hidup dan sempat menyimak secara langsung karya tulis Arswendo, bercerita bagaimana Arswendo yang saat tersebut menjabat sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Hai merealisasikan pandangan sosial kebiasaan dengan narasi yang matang, dan guna kesatu kalinya teks dilengkapi dengan gambar.
"Saya kira semua pejabat mengkritik terus dan lobby apapun tidak berhasil (membujuk Arswendo). Hingga berjuang serahkan masalah TV (saat itu melulu TVRI) sama Arswendo aja agar berbobot. Tiba-tiba munculan suatu (tulisan) seri mengenai komik, jadi menarik, setiap tulisan diiringi gambar-gambar," ujar Salman memperingati di Dia.Lo.Gue di Kemang Selatan, Jakarta Selatan.
Setelah itu, tidak sedikit yang tertarik pada karya populer laksana komik, musik, wayang, dan tradisi lainnya yang diusung dalam suatu komik yang diulas oleh Arswendo. Tidak seluruh komik didukung Arswendo, Salman bercerita bagaimana wartawan senior yang baru saja wafat pada 19 Juli 2019 tersebut mengkritik pedas komik neraka surga yang memapar anak-anak.
"Arswendo bicara pun tentang bahasa komik, kritik sangat penting ketika itu muncul komik surga neraka. Komik tersebut membuat trauma pada anak-anak, di neraka berteriak-teriak terus, kasihan roh jahat nggak mati-mati, tersebut di kritik habis," ungkap Salman.
Penulis naskah Bumi Manusia tersebut juga bersyukur bagaimana dirinya yang saat tersebut sebagai pembaca terpapar 'racun' pemikiran Arswendo dan sukses membuat dirinya menyenangi komik. Bahkan Salman menjadikan komik sebagai bahan penelitiannya yang belum pernah dilaksanakan orang sebelumnya.
"Saya bersyukur saya kena racunnya sampai-sampai saya suka komik, walaupun nggak idealis amat. Peran urgen Arswendo disitu, semua tulisan yang sekitar ini jadi kitab wasiat saya dalam meneliti, sebab nggak terdapat referensi saya di samping itu," ungkap Salman
"Meskipun tersebut kliping (koran artikel Arswendo) buruk sekali, kertas buram menguning koran ikut menguning seperti buku suci dan wasiat," sambungnya.
Setelah komik diterima, semakin tidak sedikit yang pulang memproduksi komik, menciptakan dan mencetaknya. Bahkan Sinema Bumi Langit yang belum lama ini booming sesudah merilis Gundala, serta bakal disusul superhero lainnya asal Indonesia juga diusung dari komik.
Jadi, tanpa Arswendo barangkali komik Indonesia susah berkembang dan diterima masyarakat sampai sekarang.
Untuk memperingati itu, Festival Cergam Komik tersebut Baik 2019 akan diadakan selama 23 hari semenjak 28 September sampai 20 Oktober 2019 dengan menampilkan pelbagai tulisan Arswendo, perjalanan komik Indonesia serta komik-komik dan cetakan pembuat komik dahulu.
Diadakan pun diskusi dan peluncuran kitab Komik Itu Baik, bazaar komik, ilustrasi, merchandise pun art's talk atau kuliah umum mengenai signifikansi kebiasaan cergam wayang, dan sekian banyak kegiatan lainnha do Dia.lo.gue artspace, Kemang Selatan, Jakarta Selatan.
Mengenang Peran Besar Arswendo Atmowiloto dalam Dunia Komik Indonesia
Mengenang Peran Besar Arswendo Atmowiloto dalam Dunia Komik Indonesia.
Siapa yang tidak suka komik? bacaan bergambar ini tidak sedikit digemari semua kaula muda, terutama pecinta karakter superhero baik dalam dan luar negeri. http://68.183.234.248/sultan99/
Tapi tahu nggak sih? andai komik pernah jadi musuh, di anggap buruk dan sebelah mata karena dirasakan menurunkan minat menyimak untuk belajar menimba ilmu yang terdapat dalam kitab tekstual.
Tahu pun nggak sih? Kalau wartawan senior almarhum Arswendo Atmowiloto punya peran besar sebelum komik digemari di dalam negeri.
Pamor komik sekarang semakin mendunia. Beberapa komik lokal laksana Tahilalats, telah terbit di luar negeri, komik laksana Si Juki sampai superhero Indonesia Gundala bahkan diusung dalam layar kaca.
Diungkap dalam suatu diskusi 'Festival Cergam 2019 Komik Itu Baik', terkuak andai tanpa 5 tulisan bertajuk 'Komik Itu Baik' di halaman Harian Kompas pada 10 sampai 15 Agustus 1979 dan tulisan tersebut berlanjut sampai 1981, komik barangkali akan tetap di anggap buruk.
Tapi melewati tulisannya Arswendo dapat secara efektif mengenalkan dan membuka pandanhan tidak sedikit orang alangkah komik kaya khasanah Indonesia. Pada saat tersebut komik masih dinamakan cergam.
Penulis, sutradara, sekaligus produser film Salman Aristo sebagai saksi hidup dan sempat menyimak secara langsung karya tulis Arswendo, bercerita bagaimana Arswendo yang saat tersebut menjabat sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Hai merealisasikan pandangan sosial kebiasaan dengan narasi yang matang, dan guna kesatu kalinya teks dilengkapi dengan gambar.
"Saya kira semua pejabat mengkritik terus dan lobby apapun tidak berhasil (membujuk Arswendo). Hingga berjuang serahkan masalah TV (saat itu melulu TVRI) sama Arswendo aja agar berbobot. Tiba-tiba munculan suatu (tulisan) seri mengenai komik, jadi menarik, setiap tulisan diiringi gambar-gambar," ujar Salman memperingati di Dia.Lo.Gue di Kemang Selatan, Jakarta Selatan.
Setelah itu, tidak sedikit yang tertarik pada karya populer laksana komik, musik, wayang, dan tradisi lainnya yang diusung dalam suatu komik yang diulas oleh Arswendo. Tidak seluruh komik didukung Arswendo, Salman bercerita bagaimana wartawan senior yang baru saja wafat pada 19 Juli 2019 tersebut mengkritik pedas komik neraka surga yang memapar anak-anak.
"Arswendo bicara pun tentang bahasa komik, kritik sangat penting ketika itu muncul komik surga neraka. Komik tersebut membuat trauma pada anak-anak, di neraka berteriak-teriak terus, kasihan roh jahat nggak mati-mati, tersebut di kritik habis," ungkap Salman.
Penulis naskah Bumi Manusia tersebut juga bersyukur bagaimana dirinya yang saat tersebut sebagai pembaca terpapar 'racun' pemikiran Arswendo dan sukses membuat dirinya menyenangi komik. Bahkan Salman menjadikan komik sebagai bahan penelitiannya yang belum pernah dilaksanakan orang sebelumnya.
"Saya bersyukur saya kena racunnya sampai-sampai saya suka komik, walaupun nggak idealis amat. Peran urgen Arswendo disitu, semua tulisan yang sekitar ini jadi kitab wasiat saya dalam meneliti, sebab nggak terdapat referensi saya di samping itu," ungkap Salman
"Meskipun tersebut kliping (koran artikel Arswendo) buruk sekali, kertas buram menguning koran ikut menguning seperti buku suci dan wasiat," sambungnya.
Setelah komik diterima, semakin tidak sedikit yang pulang memproduksi komik, menciptakan dan mencetaknya. Bahkan Sinema Bumi Langit yang belum lama ini booming sesudah merilis Gundala, serta bakal disusul superhero lainnya asal Indonesia juga diusung dari komik.
Jadi, tanpa Arswendo barangkali komik Indonesia susah berkembang dan diterima masyarakat sampai sekarang.
Untuk memperingati itu, Festival Cergam Komik tersebut Baik 2019 akan diadakan selama 23 hari semenjak 28 September sampai 20 Oktober 2019 dengan menampilkan pelbagai tulisan Arswendo, perjalanan komik Indonesia serta komik-komik dan cetakan pembuat komik dahulu.
Diadakan pun diskusi dan peluncuran kitab Komik Itu Baik, bazaar komik, ilustrasi, merchandise pun art's talk atau kuliah umum mengenai signifikansi kebiasaan cergam wayang, dan sekian banyak kegiatan lainnha do Dia.lo.gue artspace, Kemang Selatan, Jakarta Selatan.
No comments
Note: Only a member of this blog may post a comment.